Langsung ke konten utama

CERITA FIKSI



Tertembaknya Seseorang di Balik Cahaya Bulan

            Mata kuliah pertama pada hari kamis baru saja selesai sekitar pukul 10:30 siang, kini kami istirahat selama 30 menit sebelum mata kuliah kedua. Pukul 11:00 seharusnya pak Nova dosen mata kuliah penulisan sudah datang untuk memberi perkuliahan sesuai dengan jadwal. Sudah satu jam lebih beliau belum juga masuk kelas. Salah satu teman kelasku mifta, mencoba menghubungi beliau lewat media sosial. Namun, belum juga ada balasan. Aku dan teman-teman lelah menunggunya dan ingin segera pulang. Tetapi kami semua memilih untuk bertahan.

            Saatku sedang menghilangkan kebosanan dengan bercanda bersama temanku rian, tiba-tiba temanku dikelas termasuk rian, tidak bergerak seakan waktu telah berhenti. Aku terkejut sekaligus sangat takut dengan keadaan yang terjadi. Apakah aku sedang mengalami malam seribu bulan? Tentunya tidak karena saat ini bukan bulan ramadhan. Aku mencoba mengelilingi teman-temanku yang berhenti bergerak, memastikan bahwa yang sedang kualami bukanlah lelucon belaka. Temanku jaya terlihat sedang memegang handphonenya, handphone tersebut terlihat masih menyala. Terfikir olehku, lekas aku mengambil handphone untuk memeriksanya, handphone itu tidak bisa digunakan. Aku duduk kembali dan merasa prustasi.

            Cahaya kecil terlihat dari balik kaca luar gedung, muncul secara tiba-tiba di udara. Cahaya itu semakin membesar menembus kaca membentuk bulatan besar. Dengan keputusan yang konyol, aku berjalan mendekati cahaya itu melihat apa yang sebenarnya telah terjadi. Aku memberanikan diri memasukkan lenganku ke dalam cahaya itu. Weessss.. seketika aku tertarik masuk ke dalam cahaya.

            Saat beberapa lama terjebak didalam cahaya, akhirnya aku menemukan jalan keluar. Tetapi yang ku kira ini adalah jalan keluar menuju kelas, ternyata tidak. Aku berada di ruangan yang sangat gelap dan sepertinya ini malam hari. Tempat ini di penuhi ranjang rak buku berbaris dari ujung ke ujung. Karena ruangan nya sangat gelap aku tidak tahu seberapa luas ruangan ini. Beberapa lama kemudian, aku menemukan diriku sudah dipersenjatai pistol. Tanpa sadar lenganku perlahan mengarahkan pistol tesebut kepada seseorang yang ada dibalik kegelapan, jauh berada di depanku.

            Lenganku bergetar dan dipenuhi keringat, aku sangat takut bila jariku menekan pelatuk pistol yang ku pegang untuk menembak seseorang yang berada dibalik kegelapan. Dengan samar terlihat seseorang itu mengangkat kedua lengannya, terlihat sangat santai dan tatapan matanya yang tajam didalam kegelapan terus menantangku. Menggambarkan ia sudah siap untuk menghadapi buah pistol mendarat ditubuhnya.

            Awan yang menutupi cahaya bulan sesaat bergerak, masuk menyinari ruangan dari sudut-sudut tirai jendela yang terbuka. Wajah seseorang yang sebelumnya tertutup oleh kegelapan, tersinari oleh cahaya bulan. Lenganku yang sedang memegang pistol dengan erat semakin bergetar kencang dan sangat ingin membuang pistol itu. Aku sangat terkejut, seseorang yang ku arahkan pistol ke dadanya ialah dosen mata kuliah penulisan yang sedang kutunggu di kelas.

            Keringatku semakin mengalir deras, ketika jari telunjukku bergerak maju dan perlahan menekan pelatuknya. Aku berusaha keras untuk menahan, tetapi tubuh dan jariku ini bergerak dengan sendirinya. Aku memberanikan diri melihat ke arah dosen itu, entah kenapa beliau tetap berada pada posisinya dan tidak bergerak sedikitpun. Tatapan beliau yang tajam terus menantangku untuk menembakkan peluru ke arahnya. Suara tembakanpun terdengar dari pistol yang ada dilenganku. Tubuhku sedikit terpental akibat dari gaya tembakan yang dihasilkan. Dengan kondisi tubuh yang ketakutan, aku tidak percaya telah menembakkan peluru tepat menembus dadanya.

            Bundaran cahaya kembali muncul di hadapanku. Dengan tubuh yang terengah-engah aku melompat ke cahaya itu dan tertarik ke dalamnya.

            Suara teman-teman terdengar oleh telingaku, suaranya semakin jelas. Perlahan aku membuka mata menegakkan tubuhku untuk melihat keadaan sekitar. Ternyata, aku sudah kembali berada di kelas. Pikiranku masih sangat syok, melihat tepat di depanku dosen yang ku tunggu telah tertembak oleh  diriku sendiri. Beberapa saat kemudian,  temanku Naomi menghubungi pak nova dosen mata kuliah penulisan yang sudah beberapa jam kami menunggu kedatangannya. Beliau memberi tahu kami bahwa ia akan segera masuk kelas. Perasaankupun tenang, dosen yang sudah kutembak itu masih hidup!.

TAMAT

Penulis
Sabar Puji Prayetno

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NASKAH DRAMA

Judul Drama    : LIFE IN 1998 ‘ Forgive Me’ Genre               : Romance, Family, Sitcom SINOPSIS LIFE IN 1998 ‘Forgive Me’ Di suatu daerah di Depok, terdapat suatu komplek perumahan yang terdiri dari 4 keluarga. Keempat keluarga ini memiliki latar suku daerah yang berbeda-beda. Ada suku Betawi, Jawa, Batak dan Sunda. Cerita berlatang belakang Tahun 1998, menceritakan sebuah kehidupan yang penuh drama. 4 keluarga ini mengalami berbagai macam masalah kehidupan dari masalah sifat, ekonomi keluarga, cinta, persahabatan, sampai keinginan untuk mempunyai anak sejak awal pernikahan.             Masalah kehidupan dimulai ketika   Mas Puji dipanggil oleh atasannya dan diberitahu bahwa ia di berhentikan kerja oleh perusahaan. Hal itu terjadi karena perusahaan terkena dampak krisis ekonomi. Rangga anak dari Mas Puji terkena masalah di kator Polisi akibat kerusuhan unjuk rasa mahasiswa. Indah anak Pak Simon sangat mencintai Rangga, dan sampai saat ini perasa

ULASAN ORIENTASI INDUSTRI

PROSES KREATIF PENERBIT YUDHISTIRA Oleh : Sabar Puji Prayetno    (Dokumen Pribadi)             Penerbit Yudhistira Ghalia Indonesia adalah penerbit buku pelajaran SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK, dan MA, serta untuk Perguruan Tinggi dan Umum. Penerbit ini berada di bawah naungan Ghalia Indonesia Grup yang terdiri dari penerbit dan percetakan. Didirikan sejak tahun 1972, penerbit Yudhistira Ghalia Indonesia sudah berdiri selama 45 Tahun. Penerbit Yudhistira sebagai perusahaan Industri kreatif, tentunya ada proses kreatif dalam pengelolaan untuk menghasilkan sebuah produk buku. Proses kreatif tersebut terdiri dari editing, illustrasi, desain layout, sampai ke proses percetakan. Proses ini dikerjakan oleh bagian yang berbeda dalam struktur kerja penerbit.              Proses pertama yakni di bagian editorial, pada bagian ini saya bertemu dengan bapak Aden seorang senior editor yang sudah bekerja selama 10 tahun. Dalam proses ini, seorang editor mengedit naskah sesuai dengan lata